Sejarah
mengungkapkan, bahwa Bahasa Gorontalo merupakan salah satu bahasa
daerah Suku Gorontalo, yang terbentuk sejak lama, menjadi media
komunikasi antar sesama Gorontalo. Saya pernah membaca sebuah ungkapan
bahwa, bahasa adalah identitas bangsa, mendengar ungkapan tersebut
kadang saya mengernyitkan kening, berfikir keras atas kalimat itu
kemudian menyematkannya pada penggunaan bahasa Gorontalo pada rakyat
Gorontalo sendiri.
Walaupun
saya sendiri bukanlah asli gorontalo tapi kadang saya merasaa risih
sendiri, bahasa Gorontalo yang merupakan bahasa asli daerah ini, kini
seakan mulai tenggelam bersama kondisi danaunya yang mulai menyempit,
tidak sedikit anak bangsa yang notabanenya orang asli daerah ini malu
menggunakan Bahasa Gorontal0, bahkan dalam percakapan antara remaja,
seakan dirasa aneh jika ada anak remaja menggunakan bahasa Gorontalo,
mirisnya dinggap orang pinggiran, orang desa, atau mungkin orang gunung.
Saya
lebih baik tidak pandai berbahasa Inggris, dari pada saya tidak pandai
bahasa daerah sendiri. Banyak kaum muda Gorontalo seakan malu
menggunakan bahasa, meskipun menggunakan bahasanya, jika bukan pada
kelompok atau keluarganya, mungkin karena ada orang luar daerah
disekitar mereka, dan harus berbicara yang rahasi. Saya malu menjadi
orang Gorontalo, ketika saya tak mampu berbahasa daerah Gorontalo, yang
merupakan kekayaan Indonesia dalam hal bahasa. Saya beritahu kepada
saudara-saudara sekalian, jika engkau pandai berbahasa Gorontalo, maka
engkau akan memahami bagaimana budaya daerah ini, karena budaya tidak
lepas dari bahasanya.
Sayangnya
di Gorontalo, bahasa Gorontalo tidak diajarkan secara total di
sekolah-sekolah, tidak dipelihara oleh masyarakatnya dalam pergaulan
sehar-hari. Bahkan, ketika saya masih duduk di bangku SD pun bahasa
Gorontalo seakan terpinggirkan, tidak sedikit guru-guru mengajarkan
harus berbahasa Indonesia yang baik dan benar, bahkan tidak sedikit juga
orang tua melarang anak jika menggunakan bahasa Gorontalo dengan orang
lain.
Satu
menjadi kekhawatiran saya, jika kelak bahasa ini tidak dipertahankan
maka kelak bahasa Gorontalo akan tenggelam bersama Danau Limboto yang
makin makin dangkal, hilang bersama kejernihan air danau, membeku
bersama lumpur dan timbunan rerumputan enceng gondok. Haruskah kita
biarkan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar